Kamis, 31 Juli 2008
Nasib Ukiran ( pengukir ) Motif Madura di Bondowoso.Samakah di Kotamu ?
Bondowoso yang mayoritas penduduknya beretnik madura, sangat mengenal ukiran motif madura. Hal itu tercermin dari pemakaian perabotan sehari-hari yang cenderung berukiran motif mdura. Tapi itu dahulu, sebelum masyarakatnya beramai-ramai menjual tempat tidur (penebbeng), tandu manten, rumah kayu peninggalan kakek buyutnya ke luar kota yang dijual sebagai barang antik karena kebutuhan ekonomi atau tergiur dengan rayuan gombal makelar barang antik. Mereka berganti kiblat ( khususnya barang furniture ) ke style luar negeri. Kursi kayu berukir berganti sofa, lemari antik berganti produk olimpic, dll.
Pengrajin ukiran ( pengukir ) di Bondowoso, juga senasib. Mati segan, hiduppun tak mau. Berkarya sekedar untuk menyambung hidup, dengan menampilkan karya-karya beraliran komersil. Mau apalagi ?. Desakan pemenuhan ekonomi lebih mendesak daripada berkarya seni idealis. Apalagi produk ukiran dari luar kota datang membanjir, yang sedihnya tak lagi memperhatikan etika seni ukir. Efeknya, proses berkesenian jadi nomor 23.
Beberapa pengukir harus jungkir balik ( menyambung hidup ) untuk menghidupkan lagi kenangan lalu, saat penebbeng jadi tempat tidur mereka. Bahkan beberapa diantaranya ada yang frustasi dengan beralih profesi sebagai tukang kayu, tukang batu, lebih parah lagi sebagai tukang becak.
Salah satu dari mereka adalah saya, yang bernasib baik jadi PNS dan tetap berkarya dengan segala keterbatasan yang ada.
Samakah di Kotamu ?.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


2 komentar:
kacian deh loe
Sekarang banyak orang yang bisa mengukir dg cara mencontoh apa yang diinginkan, bukan berarti mereka belajar tetapi demi uang. Cari dong orang yang masih mempertahankan ukiran motif madura lau bina
Posting Komentar